A. Hakikat Wacana
Wacana merupakan satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan,
dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis (Tarigan, 1987: 27).
dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis (Tarigan, 1987: 27).
Bagan 1. Posisi satuan-satuan gramatikal
WACANA
|
KALIMAT
|
KLAUSA
|
FRASA
|
KATA
|
MORFEM
|
FONEM
|
FONA
|
Berdasarkan paparan di atas, maka wacana mencakup kalimat, gugus kalimat, dan paragraf. Wacana menempati posisi terbesar dalam unsur linguistik, sehingga dalam perkembangannya, wacana dikaji secara ilmiah.
B. Hakikat Analisis Wacana menurut Para Ahli
Analisis wacana merupakan telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Menghindari subjektifitas dan bias dari peneliti, maka diacu pula pendapat dari Stubs dan Cook. Stubs mengatakan, analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Suwandi (2008:145) mengemukakan bahwa analisis wacana pada hakikatnya merupakan kajian tentang fungsi bahasa atau penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi.Analisis wacana juga berkaitan dengan kajian interdisipliner, seperti sosiolinguistik, psikolinguistik, dan filsafat bahasa (Oka dan Suparno, 1994:263).
Analisis wacana memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Bentuk kajian tentang pembahasan wacana.
2. Bersifat alamiah baik dalam bentuk tulisan maupun lisan.
3. Bersifat interpretatif-pragmatis baik bahasanya maupun maksudnya.
4. Inferensif, yaitu mempunyai simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya.
5. Wujud bahasa yang lebih jelas, karena didukung oleh situasi yang tepat.
6. Upaya untuk menangkap makna dari penyapa (addressor) kepada pesapa (addressee)
7. Upaya untuk mengetahui konstelasi kekuatan dalam proses produksi dan reproduksi makna. (Darwoto, 2014)
C. Pandangan tentang Analisis Wacana
Analisis wacana merupakan istilah umum yang banyak dipakai dari berbagai disiplin ilmu dan dengan berbagai paradigma/pandangan.Ada tiga pandangan mengenai bahasa, yakni sebagai berikut.
1. Pandangan pertama, diwakili oleh kaum positivisme-empiris/strukturalis menyatakan bahwa bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya.
2. Pandangan kedua, yang diwakili oleh kaum konstruktivisme/ fungsionalis. Aliran ini dipengaruhi oleh fenomenologi yang menolak pandangan positivism-empiris tentang subjek dan objek bahasa dipisahkan.
3. Pandangan kritis, pandangan ini mengoreksi pandangan konstruktivisme yang kurang sensitive pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional.
D. Strategi dalam Analisis Wacana
Dalam pokok bahasan ini, Jorgensen dan Phillips (2007: 267-270) menyajikan empat strategi yang bisa digunakan dalam analisis wacana dengan berbagai pendekatan.Keempat strategi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pembandingan
Yakni membandingkan dengan teks-teks lain secara teoritis didasarkan pada sudut pandangan strukturalis.
2. Subtitusi
Yakni bentuk pembandingan analis menciptakan teks sebagai pembandingnya. Dalam strategi ini kita bergerak kea rah berlawanan dengan menyisipkan beberapa kata yang dipilih ke dalam teks, kita mendapatkan kesan bagaimana kata-kata itu mengubah makna teks dan dengan demikian kita memperoleh kesan bagaimana kata-kata yang benar dipilih itu menciptakan makna-makna tertentu dalam teks bersangkutan.
3. Membesar-besarkan sesuatu yang terperinci
Kita bisa membesar-besarkan sesuatu yang terperinci tersebut dan kemudian menanyakan kondisi-kondisi apa yang diperlukan agar ciri tersebut masuk akal dan tentang interpretasi apa yang sekiranya secara keseluruhan cocok dengan ciri tersebut.
4. Vokalitas ganda
Menggambarkan logika kewacanaan atau suara-suara yang berbeda dalam teks.Strategi ini didasarkan pada premis analisis wacana tentang antartekstualitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar